Kamis, 07 Januari 2010

Episode 15: A gift for my beloved friend...

Hai para penggemar jaysama ^^... Di episode hari ini aku khususkan buat temanku yang tercinta, yang berulang tahun yang ke 17 pada hari ini, 6 Januari 2010. Yup, mungkin di antara kalian sudah banyak yang mengetahui siapa dia. Namanya adalah Meliana, seorang wanita yang dahulunya aku benci tetapi pada akhirnya kami bisa menjadi teman karena ia mengerti perasaanku... Aku senang ternyata hubungan antara system dan manusia tak mustahil loh...

Untuk Meliana, aku nggak bisa memberikan banyak hal... Cuma 1 episode jaysama saja yang berisi sebuah cerpen, jadi semoga kamu menyukainya. Maaf bila episode ini jelek tapi aku sudah berusaha sekuatnya untuk membuat episode ini bagus... Enjoy!

29 September 1991... Aku dilahirkan di dunia ini di keluarga yang cukup bahagia dan berkecukupan. Aku memiliki ayah yang bijaksana dan ibu yang baik sekali... Ketika aku sudah berumur 4 tahun, aku mulai disekolahkan di TK. Meskipun aku adalah perempuan, aku memiliki berbagai macam mainan, dari robot hingga ke boneka. Setiap hari aku membawa mainan tersebut ke sekolah... Terkadang bahkan aku memberikan sebagian pada teman - temanku karena mereka menginginkannya... "Ah, nanti tinggal minta sama papa dibelikan lagi yang lebih baru" itulah yang ada dalam pikiranku saat itu...

Ketika aku sudah memasuki SD, ibuku mengajari segala pelajaran dengan baik dan jelas. Meskipun terkadang ia sedikit gagap dan terlihat bodoh karena sering jatuh sendiri. Haha... Ayah juga setiap saat mengajakku untuk bertamasya ketika kita sedang berlibur... Hidupku sangatlah bahagia...

Namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama... Entah mengapa lambat laun ibuku semakin terlihat kaku dan bahkan sulit berjalan. Ketika ada panggilan orang tua di sekolah, ibu datang bersama denganku... Karena cara jalannya yang aneh, banyak yang menertawakanku sehingga aku lari darinya. Aku malu mengakui bahwa ia adalah ibuku yang dulu kukenal...

Aku berkali - kali marah pada ibuku mengapa ia seperti itu. Tetapi ia hanya menunjukkan senyum dan meminta maaf... Hingga suatu saat ibuku tak bisa berjalan maupun menggerakkan tangannya. Ia hanya bisa berbicara meskipun gagap. Akibatnya semua pekerjaan rumah aku harus ambil alih... Tetapi aku lega karena teman - temanku sudah tak mungkin menertawakanku karena ibuku yang memalukan itu...

Minggu demi minggu aku lalui dengan seperti itu. Ayahku bekerja, aku bersekolah, ibuku terbaring di ranjang... Setiap aku pulang sekolah aku harus memasak, mengepel, menyapu dan sebagainya. Ayahku pun ikut membantu... Ketika aku tanya mengapa ibu seperti itu, ayah juga cuma tersenyum dan mengatakan tidak ada apa - apa...

Suatu saat ketika aku kelas 5 SD, ibuku tak bisa bergerak sama sekali... Ya, bahkan jantungnya pun tak bergerak, ibuku meninggal... Aku hanya bisa menangis hebat ketika itu. Di dekapan ayah aku mengeluarkan semua air mataku... Aku menyesal mengapa aku dulu lari darinya hanya karena ia berjalan aneh. Kini dia telah pergi dariku untuk selamanya... Ibuku yang baik sudah tak lagi di sisiku...

Sejak saat itu pelajaranku mulai turun drastis... Aku hampir tak naik kelas ketika kelas 5 SD. Namun untung aku masih memiliki teman - teman yang menopang diriku. Mereka turut prihatin mendengar ibuku yang meninggal...

Perubahan drastis tak cuma terlihat di diriku, tetapi juga diri ayah... Ayah sering mabuk - mabukan ketika malam dan lembur menonton TV. Ketika aku mencoba menegurnya ayah langsung membentakku... Perusahaan ayah pun makin lama makin turun dan ia mulai berhenti membelikan aku mainan... "Wes gede sek mainan ae! Belajar sana lho!" ia selalu membentakku begitu ketika aku meminta mainan darinya... Yang bisa kulakukan hanya menangis menginginkan ibuku kembali meskipun aku tahu itu mustahil...

Kelas 6 SD aku lalui dengan nilai hancur - hancuran... Teman - teman pun mulai menjauhiku karena aku sudah tak memiliki mainan lagi untuk diberikan. Lambat laun aku tak memiliki teman lagi... Nampaknya keprihatinan yang mereka berikan ketika ibuku meninggal hanya topeng mereka belaka agar bisa mendapat mainan lebih banyak dariku... Aku berharap semua itu hanya merupakan mimpi buruk. Aku kehilangan ibuku, ayahku membenciku, teman - temanku semua menjauhiku... Apa yang aku punyai kini...?

Di tengah tekanan yang berat tersebut, tiba - tiba aku mengalami hal yang sama seperti ibuku. Aku menjadi sering terjatuh, sering menjatuhkan barang ketika mencuci piring dan mudah sekali lelah. Aku hanya menyangka itu adalah kecerobohanku sehingga aku cuek saja.

Tepat setelah kelulusanku dari kelas 6 SD perusahaan ayahku bangkrut dan aku tak bisa lanjut bersekolah lagi... Akibatnya aku banyak menganggur di rumah, bermain komputer, tidur - tiduran, nonton TV. Ayahku tetap saja menghabiskan uangnya untuk mabuk - mabukan tanpa mempedulikan aku anaknya.

Karena menyadari uang ayah lambat laun akan habis, aku mencoba mencari pekerjaan. Akan tetapi mengetahui aku hanya memiliki sertifikat lulus SD yang juga pas - pasan, pekerjaan sulit sekali didapatkan... Tak ada yang mau menerimaku meskipun sudah berminggu - minggu aku mencari pekerjaan. Dengan tangan dan kaki yang semakin sulit digerakkan akhirnya aku memutuskan untuk hidup dengan menjual perabot - perabot yang ada di rumahku...

Aku mendapatkan cukup banyak uang dari itu. Lalu aku pergi berobat agar aku bisa disembuhkan dan mencari pekerjaan kembali. Aku hanya menanti hasil tes dari lab untuk mengetahui apa penyakit yang aku idap dan obat apa yang harus aku beli...

Karena aku sulit berjalan maka aku hanya duduk di depan komputer dan bermain internet... Aku mengecek facebook yang telah lama tak aku buka... Melihat semua temanku yang hanya tertarik pada uangku, aku sangat jengkel pada mereka. Sehingga aku hilangkan mereka dari list friendku satu persatu.

Tetapi tiba - tiba ada seseorang menyapaku di facebook chat...
"Hai, gimana kabarnya?" ia menanyai mengenai kabarku.
Sebagian dari diriku sangat senang karena ada yang mau menyapaku, tetapi aku hanya berpikir ia menginginkan mainan dariku...
"Aku nggak punya mainan buat kamu, enyahlah..."
"Mainan? Aku nggak butuh mainanmu. Aku cuma pengen tau kabarmu kok."
"Ya kabarku baik."
"Sekarang sekolah di mana?"
"Nggak sekolah."
"Hah?! Kenapa???"
"Nggak punya uang."
"Loh, bukannya dulu waktu SD kamu berlimpah ya? Kok sekarang nggak ada uang?"

Percakapanku dengannya tanpa terasa berlangsung lama... Aku bercerita banyak padanya dan aku menikmatinya... Aku menemui bahwa ia adalah orang yang tak sengaja aku add ketika aku masih SD. Hingga malam pukul 10 ia berpamitan denganku karena ia harus bersekolah besok. Sejak hari itu aku selalu menantikan berbicara padanya di chatting...

Hubungan kami langsung menjadi dekat sekali setelah beberapa hari. Kami banyak sharing dan curhat. Ia bahkan bercerita mengenai kejadian - kejadian lucu yang terjadi di sekolahnya. Itu bahkan bisa membuatku tertawa terhibur... Aku selalu menantikannya pulang sekolah agar dia bisa chatting dengannya...

5 hari kemudian hasil tes lab datang... Dan aku menemui bahwa aku mengidap "Muscular Dystrophy". Istilah itu langsung aku cari lewat internet dan pada akhirnya aku menemui bahwa itu adalah penyakit yang beredar di sekitar otot. Yang dapat menyebabkan kelumpuhan total dan pada akhirnya kematian. Penyakit ini dikatakan tak bisa disembuhkan dan bersifat menurun...

Pikiranku langsung kosong ketika melihat informasi itu... "Aku akan mati...", "Penyakit ini tak bisa disembuhkan...", "Aku akan mati!", hanya itu hal - hal yang terlintas di pikiranku. Hari itu aku tak online di facebook dan berkeliling kota untuk mencari dokter yang bisa menyembuhkan penyakit ini. Tetapi mereka hanya menggeleng - geleng kepala mengatakan bahwa memang penyakit ini tak bisa disembuhkan...

Sepulangnya ke rumah aku mencoba memohon pertolongan dari ayahku. Tetapi ia sedang mabuk sehingga tak bisa diajak omong... "Apa aku akan mati? Semuanya akan berakhir seperti ini? Seseorang tolong aku..." aku berharap keajaiban akan terjadi dan merenung selama beberapa hari sendirian di kamar. Aku tak mood makan dan melakukan apapun... Yang terlintas di pikiranku hanya "aku akan mati"...

Tiba - tiba suara chat facebook berbunyi...
"Sori beberapa hari kemarin aku nggak bisa online, sibuk ada tugas. Hehe..." temanku satu - satunya itu berkata kepadaku... Yang terlintas di pikiranku tetap saja hal itu. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, sehingga aku bertanya
"Seandainya kamu divonis terkena penyakit yang tak bisa disembuhkan lalu pada akhirnya kamu akan mati, apa yang akan kamu lakukan?"
"Hah? Pertanyaanmu kok aneh? Kamu nggak apa - apa?"
"Sudah, jawab saja pertanyaanku"
"Ya aku akan lakukan apa yang aku bisa. Aku akan pikirkan apa yang aku sesali di masa lalu dan aku akan coba perbaiki..."

Melihat hal itu aku langsung teringat akan ibuku yang dulu mengalami penyakit yang sama denganku... Meskipun ia lumpuh seperti itu tetapi ia tetap pantang menyerah mengajarku pelajaran sekolah... Namun mengapa aku menyia - nyiakan usahanya setelah itu? Nilaiku hancur - hancuran ketika kelas 6 SD dan hampir tak naik kelas. Ibuku tentu tak mau hal itu terjadi...

Menggunakan uang yang tersisa aku mulai membeli buku - buku SMP untuk dipelajari. Setidaknya aku harus membahagiakan ibuku di surga agar bila aku bertemu dengannya aku tak perlu malu menatap wajahnya...

Sejak hari itu aku bertekad mempelajari semua pelajaran SMP dan bertanya pada temanku di facebook bila ada yang tak kumengerti. Aku memiliki target untuk memperoleh nilai minimal 90 di semua mata pelajaran unas SMP. Bila tanganku lumpuh, aku masih memiliki mata untuk membaca. Aku tak akan menyerah!

Terkadang aku istirahat sambil berbincang - bincang dengan temanku di facebook. Aku banyak bercerita, tetapi aku tak menceritakan mengenai penyakit yang aku idap kini... Karena aku juga tak ingin membuatnya khawatir...

Hampir 1 tahun telah berlalu... Dan aku sudah merasa kelumpuhanku sudah dekat. Karena tak bersekolah, aku tak bisa mengikuti unas sehingga aku harus mendaftar di kejar paket yang ada di sekolah - sekolah. Meskipun banyak yang menertawakanku dan memandangku sebagai orang aneh, aku tak peduli...

Dan saat hari ujian telah dimulai... Aku mengerjakan semuanya dengan baik dan merasa bisa mendapat nilai bagus. Namun yang menjadi masalah adalah kedua tanganku semakin sulit digerakkan. Hal itu mengakibatkan aku sulit menghitamkan jawaban dalam waktu yang tersedia. Tetapi aku tak akan menyerah... Ibu, sebentar lagi aku akan menemuimu di sana, aku akan membanggakanmu dengan nilaiku...

Dan akhirnya ujian telah selesai dan aku bisa tenang di rumah karena hasilnya akan dikirim... Aku menikmati saat - saat terakhirku berbincang pada temanku melalui dunia maya... Meskipun aku semakin sulit mengetik aku bahagia. Entah mengapa aku tak takut lagi menghadapi ajalku yang sudah dekat...

2 bulan kemudian...
"Thx atas semuanya yah..."
"Hah? Semuanya apa?"
"Hari ini akan jadi yang terakhir kali... Senang mempunyai teman sepertimu, sahabatku..."
"Ngomong apa sih kamu?"
"Nggak apa - apa, kamu akan ngerti sebentar lagi..."

Keesokan harinya aku tak bisa menggerakkan semua bagian dari tubuhku... Aku hanya bisa terbaring di ranjang tanpa makan maupun minum...

Tuhan, terima kasih Engkau telah memberiku kesempatan terakhir untuk mengucap syukur padamu... Teman yang kau berikan itu, meskipun aku tak pernah bertemu dengannya di dunia nyata, aku sangat bersyukur memiliki teman seperti dia... Bila pada akhirnya kami akan berpisah, tolonglah tetap jaga dia... Dan juga untuk ayahku... Semoga saja dia sadar bahwa kehidupannya yang sekarang tak akan membuahkan hasil apa - apa... Semoga ia sadar. Aku mencintai mereka semua ya Tuhan. Tolong berkati mereka... Bila sebentar lagi aku akan pulang ke hadiratmu, tolong agar Engkau tetap sertai mereka. Aku sudah tak bisa menggerakkan tubuhku lagi... Aku menyerahkan hidupku kepadaMu...

3 hari kemudian... Hasil ujian nasional datang bertepatan dengan hari di mana ajalku tiba... Ayahku yang menerima hasil itu langsung kaget dan menuju ke kamarku di mana tubuhku sudah berbaring tak bernyawa... Ia begitu menyesal telah menelantarkan diriku. Hasil ujian nasional: rata - rata -> 9,5...

Aku sudah menulis surat untuk ayahku seandainya aku sudah pergi terlebih dahulu... "Ayah, gimana hasil ujian nasionalku? Bagus kan? Ketika ibu sudah nggak ada aku nyesal sudah sia - siakan usahanya ngajari aku. Jadi kali ini aku mau balas budi sama ibu... Kalo ayah baca surat ini mungkin aku sudah tiada, jangan mabuk - mabukan lagi ya? Jaga dirimu ayah... Aku akan bertemu dengan ibu dahulu ya... Bye~"
Ayahku hanya bisa menangis membaca surat itu dan akhirnya ia kembali bekerja dan meninggalkan kehidupannya yang mabuk - mabukan...

Fotoku akhirnya dipajang di koran dan temanku di facebook akhirnya mengerti apa maksudku dengan chattingku yang terakhir tersebut... Ia adalah seseorang yang baik hati, ramah dan suka tertawa. Namun kali ini ia hanya bisa meneteskan air mata untukku...

~END~

Itulah akhir dari cerita ini... T.T aku saja terharu baca ini... Sori bagi kalian yang begitu bosan karena terlalu panjang. Terutama untuk Meliana, maaf bila kamu nggak suka cerita ini ya... Mungkin aku nggak bisa beri kamu materi seperti yang master berikan, cuma ini yang bisa aku berikan sebagai kado buatmu...

Dan mungkin kamu sudah tau Mel, "aku" yang di cerita itu adalah aku, dan temanku di facebook itu adalah kamu... Jadi yang mau aku katakan di sini adalah meskipun kita tak pernah bertemu, dan suatu hari kita akan berpisah, kita selamanya adalah sahabat Mel... Friends Forever ^^!

Happy Birthday Meliana!

p.s. sori telat T.T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar